Jumat, 06 Maret 2009

Sel Punca, Salah Satu Harapan Medis Masa Depan

Ada kabar baek ni, bagi para penderita bisulan sampai kanker otak. Metode yang sedang dikembangkan ini dilakukan dengan mentlanplantasikan sel induk yang dapat didiferensiasi menjadi berbagai macam sel tubuh kita seperti sel otot, sel otak, kulit dll. Kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru selama organisme bersangkutan hidup.Sel induk ini di sebut sel punca (stem cell). Di Indosesia sendiri metode pengobatan dengan sel punca sudah lama dikembangkan, bahkan menjadi negara yang terdepan se-Asia Tenggara dalam pengembangan sel punca ini.





Jenis Sel Induk:
a. berdasarkan potensinya
• Sel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk yang memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma.

• Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak)

• Sel induk ber-multipotensi

• Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel induk yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk.

b. bedasarkan sumbernya
• Sel induk embrio (embryonal stem cells)
Sel induk ini diambil dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah pembuahan). Massa sel bagian dalam mengelompok dan mengandung sel-sel induk embrionik. Sel-sel diisolasi dari massa sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro.

• Sel induk dewasa (adult stem cells)
Karakteristik:
• sel-sel tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui diri.

• sel-sel tersebut dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial.

• Sel Induk Xeno
Sel punca yang berasal selain dari manusia. sekarang terapi dengan menggunakan sel punca xeno marak dilakukan. Sel induknya berasal dari hewan seperti tikus, kelinci, kucing dan babi.

• sel punca tali pusat
Sel Punca yang diperoleh dari darah pada tali pusat atau plasenta setelah seorang bayi dilahirkan. Sel punca ini bisa menghasilkan hanya sel darah.


Transplantasi sel induk

Berbagai jenis transplantasi sel induk,

• Transplantasi autologus (menggunakan sel induk pasien sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi)

• Transplantasi alogenik (menggunakan sel induk dari donor yang cocok, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga), atau

• transplantasi singenik(menggunakan sel induk dari saudara kembar identik.


Cara transplantasi sel induk...

a. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk.

Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas.

Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai berproliferasi.

Pada akhirnya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6.

Risiko lainnya adalah timbulnya penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologi menyerang sel-sel resipien. Selain itu, risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor yang memakan waktu lama.

b. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah.
Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sel induk dan mengembalikan sisa darah ke donor.

Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu, pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu sekitar 100 cc. Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan sumsum tulang.

c. Transplantasi darah tali pusat
Pada tahun 1970-an, para peneliti menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk dari sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien mereka.

Darah tali pusat mengandung sejumlah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan di atas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.

Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Perancis pada penderita anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991, darah tali pusat ditransplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukemia. Kedua transplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi darah tali pusat.

Sejarah
Tepat seabad yang lalu, tahun 1908, istilah ”stem cell” pertama kali diusulkan oleh histolog Russia, Alex- ander Maksimov, pada kongres hematologi di Berlin. Ia mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel-sel darah (haematopoietic stem cells). Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca di darah sumsum tulang belakang manusia.

Perkembangan riset sel punca melaju cepat dalam 10 tahun terakhir. Tahun 1998, James Thomson berhasil membiakkan untuk pertama kali sel-sel punca embrionik manusia di Universitas Wisconsin-Madison. Oktober 2007, Mario Capecchi, Martin Evans, dan Oliver Smithies memperoleh Hadiah Nobel Kedokteran untuk riset mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit menggunakan sel punca embrionik hewan ini.

Sayangnya riset di bidang sel punca embrionik di Amerika Serikat sejak 2005 tidak dibiayai oleh anggaran federal karena diboikot oleh Presiden George W Bush sehabis ia terpilih lagi akhir tahun 2004, dengan alasan etis. Untungnya, November 2007 dua ilmuwan Jepang, Shi- nya Yamanaka dan Kazutoshi Takahashi, serta James Thomson secara terpisah mengumumkan keberhasilan mereka menciptakan aneka jenis sel somatik dari sel punca hasil reprogram sel somatik (induced pluripotent cells) yang berasal dari sel-sel kulit manusia. Temuan ini merupakan terobosan besar yang membuka kesempatan untuk terapi regeneratif tanpa dibebani persoalan etik karena tidak memanfaatkan sel-sel punca dari pembiakan embrio.

Tak urung, pemanfaatan sel punca, terutama yang embrionik, adalah isu yang amat kontroversial. Para penentangnya , terutama di kalangan Kristen dan Katolik yang fanatik di AS menganggap embrio manusia tidak selayaknya digunakan untuk eksperimen dan dihancurkan. Tapi hal tersebut berubah drastis Obama menjadi Presiden.

Teknologi Sel Punca di Indonesia
Walaupun masih berbenturan dengan problem etika dan beragam teknologi pengembangannya, terapi sel punca telah banyak dilakukan di Indonesia. Sebagaimana ak sebutin tadi Indonesai merupakan negara termaju di Asia dalam mengembangkan sel punca (sumber:antara). Selain itu, tren maraknya pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri masih menjadi kendala saat ini. Bahkan tahun 2007 lalu sudah di bentuk“Asosiasi Sel Punca Indonesia” (Indonesian Stem Cell Association) diketuai oleh Dr. Ir. Kusmayanto Kadiman. Penggunaan sel punca ini diyakini memiliki prospek menjanjikan di masa depan.

dari berbagai sumber






0 comment:

Posting Komentar